ada sebuah logika yang biasanya dipakai orang tentang metode atau perspektif dalam ilmu sosiologi, seperti analog berikut:
Ada
5 orang buta yang memperoleh kesempatan untuk berkunjung ke kebun
binatang di mana mereka dapat berinteraksi dengan gajah, maklum mereka
buta sejak dini dan tidak tahu bagaimana bentuk gajah tersebut. Yang
satu memegangi ekornya, dan berujar, "aha... gajah itu berbentuk tipis
dan panjang", yang memegangi kakinya berteriak, "wah, gajah itu kokoh,
besar, berbentuk lonjong dan tegak!", yang memegang telinganya berkata,
"...gajah itu berbentuk tipis", yang memegang belalainya berkata, "gajah
itu panjang, agak lonjong dan melayang!", sementara yang sempat menaiki
punggung gajah berkata, "wah, gajah itu besar sekali dan kita bisa
menaikinya!". Semua memegang gajah, namun dengan tak adanya referensi
bagaimana bentuk gajah, maka semua yakin dengan apa yang dipegangnya.
Bagaimana cara agar semua orang buta tersebut mengetahui bentuk gajah
yang sesungguhnya.
Berdasarkan
sejarah, sosiologi memang ilmu yang muncul dari berbagai spekulasi
tentang masyarakat, individu, interaksi sosial, struktur sosial, dan
bagaimana struktur sosial tersebut bertahan seurut dengan waktu. Namun
seiring dengan perkembangan waktu dan evolusi sains dalam peradaban
manusia, maka berbagai pendekatan empirik mulai dilakukan. Asumsi tak
cukup lagi hanya disandarkan pada akal sehat teoretisi, namun harus
berlandaskan pada pengamatan dan jika mungkin ada pengukuran tentang hal
tersebut, ada pengetatan-pengetatan dilakukan agar sosiologi tak
terjebak ke perdebatan definitif, perdebatan debat kusir yang senantiasa
tidak memajukan pemahaman kita akan masyarakat.
Secara sepintas, terlihat dengan jelas bahwa terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat besar di antara teori-teori sosial yang ada. Misalnya, yang mendasarkan perhatian pada struktur sosial akan berangkat dengan memperhatikan masyarakat condong kepada fungsionalisme, sementara di sisi lain yang berfokus pada dinamika masyarakat dan perubahan sosial akan cenderung untuk melihatnya dengan landasan konflik; bahkan melihat pola kerja sama individual atau antar kelompok dalam bentuk konflik pula, dan yang fokus pada bagaimana individu dalam membentuk struktur sistem sosial dan sebaliknya sistem sosial mempengaruhi perilaku individu melihatnya dengan kecondongan pada interaksionisme. Demikian seterusnya, dan seiring dengan perkembangan waktu dan spesialisasi obyek sosial yang hendak didekati, maka teori sosial akan cenderung terus bertambah.
Secara sepintas, terlihat dengan jelas bahwa terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat besar di antara teori-teori sosial yang ada. Misalnya, yang mendasarkan perhatian pada struktur sosial akan berangkat dengan memperhatikan masyarakat condong kepada fungsionalisme, sementara di sisi lain yang berfokus pada dinamika masyarakat dan perubahan sosial akan cenderung untuk melihatnya dengan landasan konflik; bahkan melihat pola kerja sama individual atau antar kelompok dalam bentuk konflik pula, dan yang fokus pada bagaimana individu dalam membentuk struktur sistem sosial dan sebaliknya sistem sosial mempengaruhi perilaku individu melihatnya dengan kecondongan pada interaksionisme. Demikian seterusnya, dan seiring dengan perkembangan waktu dan spesialisasi obyek sosial yang hendak didekati, maka teori sosial akan cenderung terus bertambah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar